ada cerita dari beberapa hikayat-hikayat yang saya baca, dari beberapa pengalaman yang saya alami, dari beberapa suara yang saya dengar. siapa sangka seorang yang ternyata mati-matian mencari ridho Allah tertolak amalnya? gumam dari setiap lubuk manusia pasti bercampur iblis yang bersemayam di dalam hati manusia, dijelaskan dalam surat An-Naas. manusia adalah buta, tuli, bisu, lemah tak berdaya, bodoh, miskin, tak mampu berdiri sendiri, kecil, pasti wafat. manusia adalah wadah yang mendapatkan gelombang pancaran yang berasal dari Maha Melihat-Nya, Maha Mndengar-Nya, Maha Kuat-Nya, Maha Mengetahui-Nya, Maha Kaya-Nya, Maha Meenggerakkan Apapun-Nya, Maha Besar-Nya, dan Pasti Hidup Kekal tiada yang menandingi. begitulah isi pengajian kitab Minhajul Abidin yang diterangkan oleh guru saya Kiai Khotamin Al-Akmaliyyah.
ketika sholat, sholat adalah mi'rojnya seorang mu'min, dihadapan-Nya, ketika Sholat wajiblah membayangkan Ka'batullah di depannya, merasakan pancaran gelombang Maha Mendengar-Nya dari bisikan tasbihmu, pasti-pasti-pasti Allah itu mendengar, maka siapa orangnya yang ingkar dia telah kufur. melihat adalah baik tapi mendengar itu lebih baik untuk seorang mukmin. jika ia buta maka dia masih bisa mendengar dan bisa berbicara. tetapi jika dia telah tuli maka dia tidak bisa mendengar dan dia akan bisu, tidak seorangpun akan mengerti ucapannya karena dia tidak bisa menyampaikan. filsafat inilah yang sering dipakai di hadis bahwa derajat mendengar itu lebih kuat dari pada yang lain.
mengetahui diri sendiri adalah wajib. siapa kita? siapa diri? kita harus menyadari secara syariat dan hakikat diri kita dari dasar. dari yang paling termudah dan paling menentukan kokoh tidaknya islam kita yaitu kita adalah seorang mukallaf. mukallaf adalah orang islam, baligh, berakal yang sudah di bebankan perintah Allah untuk Mukallaf karena Allah cinta kepada Mukallaf. Allah Memberikan Rambu-Rambunya disetiap Embun Ayat-Ayat Al-Qur'an dan ayat-ayat Kauniyyah (tanda-tanda kebesaran Allah). sadarlah-sadarlah-sadarlah bahwa kita pasti mati dan kita pasti mendapatkan giliran introgasi Allah sendirian dihadapan Malaikat-Malaikat yang siap untuk menyeret kita tanpa belas kasihan. (ya Allah, selamatkan aku dan selamatkan orang-orang yang aku cintai). air mata pasti keluar dari mata kita, tetapi lekukan bibir kita entah melekuk ke atas atau kebawah, teriak bahagia atau teriak derita.
tetaplah menahan sifat buruk dengan menangis, tersiksa, derita, semoga Allah selalu menyayangi, mencintai. Begitulah cara Allah menyayangi kita. sadarkah? sadarkah? sadarkah? Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik saja. manusia yang dihatinya tidak ada Allah (syariat-syariat Allah, Ilmu dari Allah) maka pastilah dia tersesat dijalan. taruhlah Allah dihatimu, pelajarilah agama sebaik-baiknya. carilah ilmu dari guru-guru yang tawadhu', sabar, penyayang, perhatian dengan kita. dan sayangilah siapa saja yang mempunyai ilmu Allah sekaligus mempraktekkan ilmunya dengan kesungguhan. aku yang sedang memperbaiki diri yang semakin hari semakin kusam, kotor dengan lekat hitam penyesalan, penyesalan aku ini aku memohon kepada Allah semoga tidak menjadi penyesalan besar dihari pertimbanganku, iya hanya aku.
dari sekian juta detik terlampau sia-sia, dari sekian milyaran oksigen untuk bernafas terlampau sia-sia, dari sekian juta kedipan dari aku lahir sampai saat ini yang terlampau sia-sia. hidupku sia-sia jika Allah tidak mencintaiku dengan pandangan Rahmat-Nya. hingga aku besar karena Allah memasukkan nasi, menyuapi aku dengan tangan yang aku punya yang sesungguhya itu tangan dari Allah. maka nikmat mana yang harus aku ingkari lagi. kebodohan dan kemalasan aku membuat aku berat untuk memuji-Nya dan memberikan Sholawat kepada Sayyidina SAW membuatku berdosa, membuat diriku tidak mewajibkan syukur bagian dari hidupku. hidup ini berakhir jika Allah mencabut ruhku secara benar-benar tercabut. hingga kau masuki kedalam liang kubur bertemu dengan mungkar dan nakir, dibangunkan dari kubur untuk dikumpulkan dipadang Masyar, melewati Pertimbang dan Pembalasan. (aku Memohon Ampunan-Mu dengan kemuliaan Sayyidina SAW)
aku mendengar tasbih di alam ini, sangat ramai sekali, berisik sekali, tidak pernah berhenti. hingga aku tidak mau kalah dengan mereka memperbanyak dzikir. hingga terdetik dalam diriku bahwa rumputlah yang seharusnya bisa masuk surga dari pada aku. sedangkan mereka rela aku injak. hamba-Mu ini berharap kasih sayangmu ini. selamatkan aku dan selamatkan orang-orang yang aku cintai dan mencintai aku Ya Rabb, Ya Allah.
0 komentar:
Posting Komentar
terima kasih telah berkunjung ke blog fathan karim